LIFE IS GIVING

"Terjatuh itu artinya kau kan bangkit, sakit itu artinya kau kan sembuh, dan hidup itu artinya kau kan mati... "

March 31, 2010

Sebuah hidayah lewat artikel




Tak pernah terbesit dihatiku sekecil apa pun untuk menjadi seperti sekarang
Tak terpikir secuil pun hingga akhirnya terjadi
Ya Allah.. banyak hal yang terlalu indah yang tak dapat kuungkapkan dengan kata-kata
Bahkan tak pantas kugambarkan lewat perkataaanku yang penuh kehinaan
Karuania inilah yang terbesar dalam hidupku.. yakni nikmat Islam dan iman..
Tak semua orang dengan mudah dapat merasakan nikmat ini.., bahkan mungkin yang kurasakan tak sepenuhnya, karena terhalang oleh tabir hitam di sebagian ruang hati ini.
Begitu lancangkah saya ingin mengungkapkan ini? Pedahal kenikmatan ini tak ternilai oleh kata-kata hinaku? Ya benar.. tapi saya hanya ingin berbagi.. ingin kuberbagi setitik dari keindahan yang kurasakan..
Lama berpikir panjang.. dengan berbagai pertimbangan, dengan ilmuku yang entah dari mana datangnya, atau mungkin ini merupakan naluri mahluk yang merupakan ciptaanNya dan akan kembali kepadaNya… berawal dari ketidak tahuan.. seperti dari kegelapan (jahilyah) menuju cahaya.. bagiku itu keputusan terberat ketika harus memutuskannya, bingung.. berbagai pertimbangan bermunculan, bahkan sampai pertimbangan yang tak seharusnya aku pertimbangankan pun muncul ( syeitan memang selalu berusaha untuk menghalangi niat baik kita) ya, keputusan ini adalah keputusanku tuk menutup auratku. Tak mudah bagiku.. mengingat keluargaku pada saat itu begitu ammah terhadap agama islam, teman-teman dekatku tak sedikit yang nasrani, lingkungan rumah yang kurang sentuhan islami. Sejak kecil ibukulah yang mengatur penampilanku, memilihkan baju yang mengikuti tren untuku, dan membelikan aksesoris lainnya, aku cukup paham atas perlakuan itu karena aku anak perempuan satu-satunya. Kawan, satu hal yang membuat saya tercengang dan berani mengambil keputusan untuk mengenakan jilbab adalah artikel yang teman saya tunjukan pada saya mengenai betapa orang tua kita menanggung beban dan dosa yang tak ringan ketika anak gadisnya belum juga menutup auratnya sedangkan dia sudah balig, terutama sang ayah. Dijelaskan bahwa ayahlah yang bertanggungjawab penuh atas kita sampai tanggungjawab itu berpindah pada suami kita kelak, aku merasakan rasa pahit pada kerongkonganku ketika membaca artikel itu dan teringat semua kisah perjalanan sang ayah atas pengorbanannya untuku, kawan.. kita percaya bahwa setiap nyawa ini penuh dosa tahayalnya orang tua kita, akankah pengorbanan yang mereka beri ,kita balas dengan menambahkan dosa-dosa mereka atas dosa kita, begitukah kita membalas tiap tetesan air mata ibu saat berdoa pada Sang Rahman untuk keselamatan dan kebahagiaan kita, begitukah kita membalas setiap tetesan keringat sang ayah demi terpenuhinya permintaan dan tuntutan kita.. siapalah kita ini tanpa mereka. Dalam pikirku kala itu (ketika belum berjilbab) berarti tanpa saya sadari, hari demi hari saya telah menyumbangkan sebuah dosa untuk ayah ibu saya atas sebuah perintah Allah yang saya abaikan yakni mengenakan dan menjulurkan jilbab sampai ke dada. Kawan.. satu minggu benar-benar menguras pikiran dan hati saya dengan segala kegoisan yang saya jadikan senjata untuk menyerang niat baik saya dengan pembenaran itu adalah sebuah pertimbangan.. “duh.. nggak bisa modis lagi dong dengan model rambut saya” “duh kalau panas gimana?” “duh.. kalau belum siap dan malah buka jilbab gimana?” “duh kalau dibilangin sok alim gimana?” duh duh dan duh.. namun lagi-lagi teringat wajah ayah ibu saya.. terbayangkan bagaiamana Allah meminta pertanggungjawaban orangtua atas saya kelak di akhirat.. Alhamdulillah dorongan dan pencerahan dari teman saya membuat saya memahami arti sebuah pengorbanan yang akhirnya menumbangakan keegoisannku, dan dengan seizin Allah saya pun mengenakan jilbab, nikmat itu terasa semakin lengkap karena saya membeli jilbab pertama dengan uang sendiri hasil dari perlombaan mading. Tak hanya itu seiring dengan penampilan baruku, nikmat lainpun kurasakan.. ibuku mulai rapih memamai jilbabnya karena tak mau kalah denganku, kini ayahku tak segan mengajak shalat berjamaah, adiku pun tak gengsi lagi melantunkan ayat suci Al Quran, dan aku mendapatkan teman-teman yang menyayangiku karena Allah, bukan karena materi dan penampilanku.. sungguh janji Allah itu benar.. inilah suasa yang aku rindu dan aku dambakan dulu.. sekarang tugasku adalah menjaga hidayah ini dan terus memperbaiki diri.. “suatu kebaikan akan melahirkan kebaikan lainnya” semoga Allah selalu membimbing kita.. bagimu yang belum merasakan nikmatnya hidayah ini, semoga Allah menyegerakannya.. Allahualam bishawab..

Ia







Ia Pernah dulu kau lupakan
Pernah dulu kau hiraukan
Sering kali kau acuhkan,
Namun Ia tak demikian
Tetap menyayangi dalam kegetiran
Mengasihi dalam kekurangan
Menentramkan dalam kesedihan,
Hidup adalah pilihan
ketika hitam dan putih tak dapat lagi kita bedakan oleh logika
Ia menuntun kita dengan kasihnya
Kasih yang begitu indah dan lembut
Hingga kita tak menyadarinya
Tersirat tak terbaca
Agar kita belajar mencarinya
Karena Ia telah meletakan kenikmatan didalamnya..
Sungguh engkau tak sendiri… ketika hanya air mata yang menjadi saksi
Yakinlah bahwa itu adalah kasih dari sang Maha Lembut
Karena hatimu tak mengeras…
Bukankah itu sebuah nikmat?
Ketika hanya bisu yang menemani
Sungguh Dia menginginkan hadir dihatimu
Ia Ingin engkau merasakan kehadiranNya
Ia ingin mendengarkan ceritamu
Walau hanya keluhan yang engkau sampaikan
Tapi Ia setia mendengarkan..
Nyakinlah Allah swt selalu bersamamu, dihatimu.. dalam keadaan apapun dan dimanapun
Azamkan itu bila engkau benar merindukan dan mencitaiNya…

Allahualam bishawab...
afwan.