oleh anjasari evanata
Angin malam ini menusuk pikirku
Memanggil kembali lembaran episode
Ketika kita melingkar
Bertatap mata berkemul kasih sayang dan rindu
Disana tercipta rasa dan asa sejiwa
Setiap jiwa berabagi tinta kehidupan
Berbagi beban yang tak pernah terhitung beban
Kami pikul lika liku berjamaah
Mencari setitik cahaya harapan di hampa gulita
Bagi kami..
Tak ada yang tak mungkin meski kenyataan tak mungkin
Menghibur si nelangsa yang terputus asanya
Tangis dan tawa terasa sama
Sosok tetua yang selalu hadir
Menemani di hari rabu biru
Membawa untaian kata surga
Yang bermakana pembangkit jiwa
Lelahnya, letihnya ku tau..
Matanya yang bicara
Hatinya yang bersuara
Meski hidup diburu waktu
Dia selipkan agenda untuk tau kita
Mana bisa kupungkiri
Dia orang tua ke dua ku
Kaka ke tiga aku
Teman dan sahabat terbaik ku
Tapi malam ini kudapati pipinya basah
Bendungnya kandas mendapati merpati
Membawa kabar terluka
Saudarinya tersayang menggadai cinta
Membeli cinta manusia yang belum rampung
Bukan tetesan kesedihan
Melainkan tetesan rasa bersalah
“Mungkin ini salahku katanya..”
Kata itu bagai beribu belati yang mengusik hati
Bagaimana dia harus terluka
Sementara dia yang memercikan air surga
Memberikan harap dan cita
Meluruskan yang belok
Menetramkan yang membara
Menghapuskan air mata
Menggantikan dengan senyuman
Entah apa yang bisa kulakukan
Bila menlihat dia merasa bersalah..
Saudariku.. cobalah tengok dia
Yang kita tinggal
Tetap tersenyum penuh harap dan doa cinta
Berharap keistiqamahan menyertai kita
Saudariku.. saatnya kita mengamalkan sedikit
Dari apa yang dititipkan olehNya lewat
Wanita berkerudung biru
salam dari angin rabu biru..
yang pernah jadi saksi bisu pertemuan kita
No comments:
Post a Comment